Galau Tukang Bakso

Sabtu, 01 September 20121komentar

            Hari ini entah siapa yang ketiban cicak di antara Trio Onyek itu. Karena dari ujung pagi tadi sampai pulang sekolah, Trio Onyek yang isinya dedemit- dedemit gila itu selalu diresahkan. Si Udin, Upang dan Une. Mereka bukan diresahkan dengan ulangan yang biasanya dapat nilai nol atau diresahkan gara- gara dikejar- kejar satpam sekolah, karena  biasa manjat pager buat masuk ke kelas. Tetapi kali ini entah jin dari mana nangkring di otak Une- si cewek hitam manis anggota genk itu- dan dia bilang kalau dia lagi galau berat. Galau? Kambing mana tuh yang bikin dia galau?
            Memang suatu berita ajaib kalau Une galau. Secara Une itu gadis tomboy yang doyannya nongkrong di kantin- bukan untuk makan tapi buat bantuin ngabisin makanan yang sisa-sisa- dan cewek yang hobinya nentang teori tentang galau- galauan. Si Une juga biasanya bakal nempol siapa aja yang berusaha godain dia karena Si Une termasuk cewek favorite di sekolah. Gak pandang bulu, mau itu kakak kelas ataupun guru. Guru. Iya guru. Tetapi kali ini si Une memang bener lagi galau. Tanda- tandanya kejadian lucu di belakang perpustakaan tadi siang.
            “ Ngapain kamu di situ, Une?”
            “ Baca, Pak.... Memangnya bapak liat saya lagi ngapain?” si Une jawab seadanya.
            “ Saya kira kamu lagi nunggu cowok, Ne... Masalahnya disini dilarang untuk pacaran, ne...” Pak Guru berusaha menasehati.
            “ Wah, bapak ini lucu! Kalau ada yang mau saya pacarin mah gak papa, Pak...” si Une memberikan tampang yang melas.
            “ Banyak lah, Ne yang ngejer- ngejer kamu.... Termasuk Ehemmm....” kata Pak Guru mesem- mesem sambil jilat- jilat hidungnya. Huekk... emang bisa.
            “ Ne, seharusnya kamu masuk museum loh...?” goda Pak Guru.
            “ Kok bisa, Pak?” tanya Si Une heran bin bloon tetap dengan muka galaunya.
            “ Iya, museum koleksi makhluk Tuhan paling indah....”. Gubrak.
            “ Ah, bapak...” si Une berusaha tersentuh dengan gaya noraknya. “ Em....bapak punya penggaris nggak?”
            “ Untuk apa?”
            “ Untuk ngukur bapak...”
            “ Kok ngukur bapak?”
            “ Iya, kali- kali bapak bentar lagi butuh kuburan, pak?”
            Hahay, Une- Une. Ni anak terlalu polos apa ngajak gelut ya? Tetapi sekarang Une lagi galau berat. Tampangnya yang biasa awut- awutan karena dia selalu jahil dan banyak tingkah, sekarang malah nambah. Norak banget lagi gaya galaunya. Dan adegan pertama yang bikin Udin dan Upang heran adalah hari senin kemarin. Masa tiba- tiba nongol di depan kelas sambil teriak- teriak histeris dan bikin orang kelimpungan.
” Aku dimaling- aku dimaling! Tolong aku!”
“ Ada apa? Apa yang dimaling? Mana- mana orangnya?” sontak semu kaget dan ngerubung di sekitar Une yang udah ngasih tanda- tanda bikin gak beres.
“ Hatiku dimaling, tapi yang maling ada di hati aku” si Une mesem- mesem kayak Tukang Jamu  dibilang seksi. Minta dijitak.
            “ Huuuuu!!!” anak- anak sekelas langsung pingin lempar sepatu ke arah dia.
            Adegan norak si Une bukan sampai disitu aja. Bahkan berlanjut berhari- hari dan ini merupakan pertanyaan besar bagi kedua teman Une sesama anggota Trio Onyek. Siapa yang telah membuat Une yang notabene lebih suka ngapelin kambing ketimbang mikirin makhluk berkelamin laki- laki- itu galau setengah mati. Dan memang manusia yang telah membuat Une kena penyakit sarap akut itu belum diketahui sehingga Udin dan Upang kelimpungan mencari tahu siapa laki- laki itu. Namun Si Une pun masih mati- matian merahasiakannya.
(:^_^:)
            Berhari- hari si Une kelihatan tak bertenaga menjalani kegiatan seperti biasanya. Si Une yang enerjik dan selalu memiliki hal- hal yang baru seakan hilang di kelas. Gaya galau miliknya telah hilang dan kini tengah diganti dengan gaya galau baru yang senjatanya ampuh bikin orang bangkrut mendadak bahkan bikin bunuh diri mendadak *untuk anak kosan*. Kenapa? Sabar.Karena Si Une selalu minta traktir di tukang bakso belakang sekolah.
            Hal ini membuat Udin dan Upang tambah gak keruan mikirin temen gadis satu- satunya itu. Tiap hari mereka harus sokongan buat ngasih makan si Une, kalau nggak dia bakal nangis darah di jalanan. Masalahnya kalau Une nangis darah, pasti mereka yang didatengin. “ Eh, peliharaannya  jangan dilepas donk!”. Busyet dah. Dan mereka sekarang nggak tahu harus bilang apa sama Une agar si Une menjadi lebih tenang karena Une adalah sahabat yang mereka sayangi sejak mereka TK sampai mereka kenal apa itu cinta di SMA. Dari mereka dilahirkan di dunia *jiah,,dimuntahin iya* sampai mereka mengerti arti saling memahami. Itu yang membuat Udin dan Upang selalu ikhlas dan tawakal ridho lilahita’ala karena entah mengapa semua orang yang memandang Trio Onyek, selalu Udin dan Upang yang dibuat bingung jadinya. “ Eh, emas- emas lagi galau ya?”. Gubrak.
                “ Ne, kamu kenapa sih?” Udin bertanya dengan penuh kelembutan, karena Udin memang orang yang lembut *bukan lelembut*.
            “ Iya, Ne! Ada apa sih kamu?” timpal Upang yang gayanya gak ada bedanya sama lekong- lekong *Astaghfirullah, bukang lekong, Bu...tapi banci*.Upss.
            “ Memang ada apa sama aku? Nothing’s wrong....Everything is right...”
            Dan selalu itu yang dikatakan si Une ketika makan bakso di belakang sekolah. Tetapi entah mengapa wajah Une selalu berseri- seri ketika makan bakso disitu dan tatapan matanya berkeliaran ke mana- mana. Tanda- tanda kegalauan musnah tetapi sikapnya ke Udin dan Upang seperti suami istri yang mau cerai. Une seperti menyembunyikan sesuatu di warung bakso itu seperti ada yang selalu dipandangnya, selalu ditatapnya, selalu... selalu... Dan itu yang membuat Udin dan Upang ikut berkeliaran memata- matai mata Une. Mereka menyusun siasat untuk menjadi spionase dengan nama kasus “ Membongkar harta karun!” Eh, maaf. “ Membongkar Rahasia Galau”. Lalu mereka menyusun rencana, ke manakah arah pandangan Une? Siapakah yang dilihat Une? Siapa yang dicari Une? Siapa? Siapa? Hayo, siapa?
(:^_^:)
            Hari pertama. Deng...deng!
            Sepulang sekolah enggak biasanya si Udin dan Upang pulang langsung ngedeketin Une yang masih masang tampang bikin sesek napas bagi siapa aja yang ngelihat. Si Une yang dulu nggak bakal berhenti nyengir sebelum nyium sandal dulu, kini telah menjadi cewek yang diem, anteng dan nggak banyak tingkah. Sekarang dunia Trio Onyek- tiga orang yang nggak pernah kehabisan akal untuk bikin tingkah- telah menjadi kelabu karena senyum Une redup di hadapan mereka. Une yang dulu yang selalu menebarkan kehangatan di antara mereka kini tinggal kerdip- kerdip senyum Une yang masih nyelip di bibirnya. Naas, Une telah mengenal sesuatu yang seharusnya belum boleh dikenalnya yaitu cinta. Une telah mengenal cinta. Ya, Une telah mengenal cinta. Data pertama si pemata- mata Udang! Udin dan Upang! Hahay...
            Hari ini sengaja si Udin dan Upang mancing si Une makan bakso biasa Une ngerengek- rengek minta traktir. Warung nakso belakang sekolah. Misi pertama mereka adalah mastiin kalau si Une lagi nyariin atau mandangin atau sejenisnya kepada makhluk berkelamin pria. Ternyata misi mereka ngajak Une memang berhasil, tetapi mereka tetap buntung.
            “ Din, tambah ya, Din??” Une merengek- rengek melas di hadapan mereka berdua.
            “ Belum kenyang, Ne?” Udin berontak karena kali ini si Udin yang korban uangnya.
            “ Belum! Tukang baksonya belum habis....”. Ya, salam. Ni anak.
            Tetapi rencana Udang alias Udin dan Upang kali ini membuahkan hasil. Udin dan Upang menyimpulkan hasil mata- mata mereka yang pertama yaitu .....taraaatttt!! Deng! Deng! Gedubrak- gedubrak! Halah...nggak selesai- selesai! Jadi ternyata kesimpulannya si Une suka sama Tukang Bakso. APPPAAAA??? TUKANG BAKSO!!??? Biasa, dong.                                                                                                                                                                                                      
(:^_^:)
            Tukang bakso? Ha? Si Udin dan Upang kali ini yakin seratus persen sama kesimpulan mereka bahwa hati Une telah nangkring di bakso, eh maaf, di hati tukang bakso itu. Mereka telah menyelidiki juga siapa tukang bakso itu dari asal- usulnya, alamatnya, hobinya, no hapenya dan semua yang berhubungan dengan tukang bakso itu telah diketahui oleh Udin dan Upang, termasuk dalem- dalemnya juga. *Maksudnya? :P Daleman bakso. Haduh, kalian ini pikirannya. Wkwkwk.*
            Tetapi pertanyaan kita sekarang kok bisa gitu si Une yang manis itu suka sama tukang bakso? *Suka- suka akulah, aku kan yang buat ceritanya..hehe..*
            Dan memang tidak disangka tukang bakso itu bukan tukang bakso sembarangan. Tukang bakso itu malah mendekati sempurna karena dia itu gantengnya mirip vokalis band itu loh. *Siapa? Sule? Bukan! Lah siapa? Itu lo yang indo- indo. Indo Jerman? Bukan! Indo apa? Indo batak. Gubrak! *
Bukan- bukan. Tukang bakso itu mirip Jet Li di film action China itu. Wajahnya putih bersih dan garis- garis muka yang tegas, namun kelembutan terpancar dari wajahnya yang bening. Sinar matanya juga terang memancar dan sangat menarik hati. Yakin sekali jika semua wanita yang memandangnya akan jatuh bergelimpangan kayak korban bencana alam. Alay.. Ya memang! Si tukang bakso itu benar- benar terlihat sangat sempurna. Yang bikin dia gak sempurna cuma satu. Kenapa dia jadi tukang bakso?
            Setelah ditelusuri semua jati diri tukang bakso itu, akhirnya Udang, hayooo, siapa Udang? Udin dan Udang, eh maaf, Upang, memberanikan diri untuk mengajak bicara si Une. Mereka akan bertanya apa hubungan kegalauan Une dengan tukang bakso yang sering dilihatnya. Rencana mereka bergerak di belakang perpustakaan yang sejuk penuh pepohonan. Walaupun Une agak bingung dan berontak karena ditarik- tarik Udin dan Upang untuk ke sana.
                “ Aku gak mau ikut kalian! Pokoknya aku gak mau!”
            “ Ikut kita, Ne! Sekarang! Kita harus bicara!” paksa Udin lembut.
            “ Aku gak mau ikut. Titik! Apapun yang terjadi! Apapun yang kau beri! Aku bilang nggak mau. Titik! Kalau perlu titik dua!”
            “ Oke, Ne! Kita nggak bisa maksa kamu, “ jawab Udin memasang wajah lesu. “ Ayo, Pang! Kita makan bakso di belakang sekolah.”
            “ Eh, tunggu sebentar....” Une terdiam kaku sambil berpikir. “ Yaudah, aku ikut! Tapi kali ini bakso tiga mangkok”. Geblek.
            Akhirnya Udin dan Upang berhasil mengajak Une bicara enam mata. Mereka dihadapkan masing- masing memandang langit yang cerah hari ini. Namun  mereka malah menjadi bingung untuk saling memulai. Timbul kekikukan yang luar biasa di antara mereka. Tetapi akhirnya Une  yang memulai.
            “  Kenapa?” Une memulai tenang.
            “ Nggak, Ne. Kita cuma mau tanya, kamu ada apa? Kenapa sekarang persahabatan kita renggang sejak kamu mulai diem sama kita?” Udin angkat bicara namun dengan nada lembutnya yang khas dan menyejukkan bukan kayak Mamah Dedeh loh.
            “ Kalian ini berlebihan sih? Aku itu nggak papa. Kalian itu tenang aja,” ucap Une tetap menjaga ketenangan.
            “ Kamu berubah, Ne... Apa ada hubungannya sama tukang bakso itu?” Udin akhirnya membuncahkan semua emosinya yang telah meluap- luap.
            Une terkaget. Matanya seperti meloncat dari kelopak matanya setelah mendengar ucapan Udin yang langsung nyungsep di hati Une. Namun akhirnya Une menunduk. Lesu dan memandang rerumputan di bawahnya. Kakinya bergerak- gerak mencoba untuk menahan emosi perasaan yang sedang dirasakannya. Jika seperti itu Udin mengenal kepolosan Une yang dulu. Yang belum mengenal cinta, yang belum mengenal galau, dan yang masih suka merengek- rengek seperti anak kecil yang manja. Tetapi Udin harus menyadari pula jika temannya itu kini telah beranjak dewasa dan mulai mengenal apa- apa yang belum pernah dialaminya termasuk cinta.
            Tibe- tiba Une meneteskan airmata. Bibirnya ia gigit rapat- rapat seperti menahan gejolak yang meluap- luap.
            “ Ne, sadar! Dia tukang bakso, Ne! Sedangkan kamu ini masih pelajar yang masih remaja,” nasihat Udin dengan gaya ibu- ibu yang nasehatin anaknya gara- gara nyolong mangga. *Nak, sadar, Nak. Kamu ini masih kecil, sudah belajar mencuri. Mending kalau nyurinya banyak...Twewew!*
            “ Kamu nggak bakal ngerti perasaanku, Din! Kamu nggak ngerti apa yang aku rasain! Aku nggak kuat, Din!” isak Une dan berusaha mengelap ingus dan airmatanya dengan tisu milik Ipang.
            “ Cerita dong, Ne.”
            Une mulai bercerita.
            Pertama kali Une mengenal tukang bakso itu ketika tukang bakso itu berkeliling di sekitar rumahnya. Pas si Une lagi laper banget nggak ada makanan di rumahnya dan kebetulan kakak perempuannya juga gajian. Alhasil Une ditraktir bakso oleh kakaknya dan kepada tukang bakso pula Si Une dan kakaknya membeli bakso. Masa iya mau beli sate? *Pak Tukang bakso! Iya, dek mau beli apa!? Mau beli sate dong!* Bisa- bisa baksonya dilemparin ke muka si Une semua.
            Namun kesan mereka membeli bakso malah membekas malam itu karena Une begitu terpesona dengan wajah si empunya gerobak bakso. *Siapa? Hayo? Ya tukang baksolah!* Wajah yang bersinar ibarat malaikat yang memberikan semangkuk bakso rasa cinta yang ditaburi bumbu- bumbu kasih sayang dan semprotan kecap kebahagiaan yang meluap- luap. Co cwit! Dan Une tak salah untuk kelepek- kelepek dengan laki- laki itu karena tiba- tiba malam itu laki- laki itu mengajak bicara kepadanya. Dengan lembut, dengan tutur bahasa yang santun dan membuat jantung hati terhenti sesaat karena suaranya yang merdu menghanyutkan. Laki- laki itu memulai dengan senyuman yang begitu menggetarkan.
            “ Maaf, adik! Baksonya belum dibayar, loh!” . Twewew!
            Dan berhari- hari setelah pertemuan itu, Une sering mencari- cari tukang bakso itu.
Pokoknya setiap tempat mangkal tukang bakso, ia datangi. Setiap sore, setiap malam sampai akhirnya ia menemukan tukang bakso itu di belakang sekolah di dekat perpustakaan. Di mana Une selalu memandangnya dengan penuh senyuman. Memandang pemandangan tukang bakso ganteng! Ceileh!
            Namun yang tak diduga- duga ternyata terjadi. Bahwa dia akan sakit hati juga setelah ia mengetahui si tukang bakso sudah punya pacar. Hikss....  Une melihat mereka berdua- berduaan di belakang gerobak baksonya. Dan naasnya pacar tukang bakso itu adalah kakak perempuan Une sendiri. Sakit! Sakit! Coba bayangin kalau ternyata orang yang kita suka itu pacaran sama kakak kita sendiri? Bayangin. * Ne, kalau jadi kamu, kakakku langsung tak jadiin sate! Bukan- bukan! Ayam goreng aja! Nggak enak- nggak enak, mendingan bakso aja!! Hush! Hush! Ngaco!*.
Une langsung belingsatan melihat mereka sampai berhari- hari Emaknya ikut belingsatan mikirin tuh anak. Masalahnya bukan karena Une jadi gak ada gairah hidup dan semangatnya yang selalu semangat tujuh belasan *semangat panjat  pinang* itu hangus gak ada bekas, tetapi karena si Une malah bikin abis beras di rumah. Makan terus kerjaannya. Bahkan emaknya si Une nawarin ke tetangga- tetangga. *Kira- kira ada yang mau anak gue gak? Gratis, gue ikhlas.* . Bukan itu aja sih masalahnya tetapi karena si Une galau setiap hari, belakangan tetangga- tetangga selalu mencak- mencak ke emaknya si Une gara- gara si Une ketahuan nyolong mangga dan giliran ditanya. “ Yah, sekali- sekali doank, Mak. Belum abis juga tuh pohon!”. * Ye, siapa juga yang mau makan pohonnya.*
            Dan sekian banyak kejadian menyedihkan yang telah dilalui oleh Une gara- gara kegalauan yang menimpanya. Udin dan Upang sebagai sahabatnya sejak mereka dimuntahin, eh maaf dilahirin, mereka nggak bakal membiarkan sahabat kesayangan mereka menjadi tak bersemangat. Mereka harus membuatnya bersemangat! Cayoooo, Une!! Jangan menyerah!! Semangat! Semangat!! Don gipe ap!!! *Apa? Protes?*
            “ Udahlah, Ne.... Dia kan Cuma tukang bakso. Masih ada cowok lain yang ngarepin kamu. Baru kepentok sama tukang bakso aja udah galau, apalagi sama bosnya bakso!” kata Upang berusaha nimbrung.
            “ Kalian gak tahu rasanya jatuh cinta sama dia! Gimana rasanya mandangin wajah dia yang imut kayak anak kuliahan itu! Kalian nggak tau tentang dia!!! Kalian nggak tau! Kalian nggak tau!! Kalian nggak tahu rasanya gimana orang yang kita sukain ternyata pacaran sama kakak kita sendiri!! Kalian nggak tahu!!!” sanggah Une dengan penuh penghayatan kayak melodrama Romeo and Juliet. *Romeo! Jangan tinggalkan aku!! Aku tidak mau kehilangan dirimu!!,, Tidak, Juliet! Aku akan selalu bersamamu dalam hidup ini!!,, Hidup dan  mati, Romeo?,,, Hidup ajalah, kalau kamu mati, aku cari lagi. Gubrak!*
            “ Sekarang dengerin aku, Une!” Udin kini mulai memahami arti tukang bakso itu bagi Une yang masih begitu rawan dalam mengenal cinta.
“ Jangan pernah kita memikirkan atau menangisi seseorang yang belum tentu mikirin kita apalagi nangisin kita. Cobalah untuk berpikir ke depan, Ne...  Memang kamu masih remaja, boleh mengenal cinta tetapi juga kamu harus ambil resiko untuk ngerasain pahitnya cinta itu. Tetapi kamu jangan kayak anak kecil, Ne! Inget! Kamu itu suka sama dia! Bukan memiliki dia! Jadi buat apa kamu pikirin dia terlalu jauh! Mendingan mikirin nasib kita yang habis duitnya gara- gara nraktir bakso kamu terus, “ ucap Udin masih dengan nada lembut dan kali ini mirip cewek- cewek yang lagi hibur temennya yang lagi patah hati. * Udahlah, Cin! Cowok itu banyak di dunia! Nggak cuma satu! Masih ada yang lain berkeliaran di luar! Tapi masalahnya cuma satu! Ada yang mau sama kamu nggak?*.:)
“ Gitu ya, Din?” kini Une mulai memikirkan perkataan Udin yang masih ngasih tampang sok imut.
“ Iyalah! Inget! Kebanyakan cowok itu memang bikin hati sering sesek napas.. “
“ Kok bisa?”
“ Iyalah, mereka kan playboy.... Hari ini bawa cewek satu, besok tiba- tiba nenteng dua, besoknya lagi bawa cewek bohai, besoknya alim, besoknya lagi... Besoknya! Besoknya! Bawa lagi nenek- nenek! Hadduh, nggak tahulah sama cowok jaman sekarang, “ kata Upang menimpali serasa dia bukan cowok aja ngomong gitu. Hehe...memang.
“ Gitu ya, Pang?” Une mulai merasa bersalah dengan mereka. “ Jadi mulai sekarang aku nggak boleh suka sama cowok nih!? Nggak boleh berlebihan sampe galau- galau begini? Nggak boleh mikirin nasib cinta yang nggak kesampean sama tukang bakso itu?”
“ Siip! Maunya begitu, Ne... Kamu harus kemabali seperti Une yang dulu! Une yang bilang, NO COWOK! BANCI YES!” Udin meledek.
“ Yeee!!! Kamu kali!!” senyum Une mulai mengembang. “ Sekarang pokoknya aku nggak mau mikirin cowok! Siapapun! Siapapun juga, mau tukang bakso, tukang sate, tukang mie ayam, pokoknya tukang- tukang itu! Bodo! Sekarang Une nggak mau suka- sukaan lagi!! Jatuh cinta bikin galau!! Jatuh cinta bikin sesek mata! Jatuh cinta itu galau! Aku gak mau kenal lagi!! SAY NO TO GALAU!”
“ Beneran kan kamu ngomong begitu, Ne?”
“ Iyalah! Percaya sama aku! Aku gak bakal suka- suka sama cowok lagi! Titik!”
“ Tapi si tukang bakso itu punya adek laki- laki yang lebih cakep dari dia loh!”
“ Lo...lo...lo! Kamu kok nggak ngasih tau aku? Siapa namanya? Siapa namanya?”
“ Yeeee!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! Gubrak!!!!”


Share this article :

+ komentar + 1 komentar

24 Maret 2016 pukul 21.02

lanjutkan karyanya

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Sainun Blog - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger